Kamis, 15 Mei 2014

Antara Mengaji dan Les

Saya punya santriwati. Namanya Anggun. Kira-kira umurnya 6 tahun. Saya mengajar di sebuah TPA (Taman Pendidikan Al-Qur'an) sejak SMA.
Lanjut, dia datang mengaji hanya 3 kali seminggu. Orang tuanya menyelingkannya dengan Les di sebuah Bimbingan belajar. Setiap sore, selepas mengajar, saat Anggun tidak masuk mengaji, saya selalu menemui Anggun bersama ibunya lewat di depan rumah. Menyapa.

"Maaf, ya. Si Anggun datangnya hanya tiga kali seminggu, Dek. Tante selang-selingkan dengan les-nya." Kata ibunya dengan logat jawa yang khas.

"Iya, tidak apa-apa, Bu." Saya menjawab semangat. Senyum santun kepadanya sembari mengacak lembut rambut Anggun.

MENGAJI dan LES..
Hal atau permasalahan ini sering saya temui di beberapa tempat. Utamanya saat di penataran guru mengaji. Saya pernah mengikuti penatarannya di paket A dan paket B. Dan alhamdulillah, penguasaan metode dan huruf-huruf hijaiyyah telah diterapkan sebagaimana mestinya.
Nah, di sana pernah ada yang mengeluh kalau sekarang lebih banyak orang tua yang memilih memasukkan anaknya di sebuah lembaga bimbingan belajar ketimbang belajar mengaji. Dan melalui Anggun, dengan metode yang dipakai oleh orang tuanya, sepertinya menjawab permasalahan ini. Mengaji sambil les adalah alternatif terbaik. Mengajarkan anak untuk senantiasa menyeimbangkan antara dunia dan akhirat.

Semoga dewasa nanti, penerapan ini tetap diberlakukan.

Sukses untuk Anggun dan orang tuanya. Dan untuk semua santriku. :*

Tidak ada komentar:

Posting Komentar