Selasa, 24 Juni 2014

Untuk Anta...

Ketika mendengar keluhan orang tua santri tentang penyakit anaknya, Anta Quryautama Syah. Lama kami tahu, Anta menderita kelainan syaraf di kepalanya. Penyakit ini akan semakin parah jika Anta semakin banyak pikiran. Selain itu, ada tumor di hidungnya.

Pantas saja. Selama ini Anta kurang bisa menyerap pelajaran yang diberikan. Sangattt sulit diperintah untuk menulis. Sangattt sulit mencerna huruf-huruf hijaiyyah. Sangattt sulit menghafal hafalannya.

Saya pernah mencoba menerapkan beberapa metode pembelajaran yang saya peroleh di bangku kuliah. Yaitu metode pendekatan individual dan metode menyenangkan yaitu metode dengan menghubungkan huruf hijaiyyah dengan benda-benda yang mudah diingat. Ya, memadukan metode pembelajaran agama dengan pembelajaran umum.

Anta sangat butuh tambahan motivasi. Dan Alhamdulillah, Anta sudah bisa sedikit demi sedikit mencerna huruf dan mulai bisa meyebutkannya dengan penyebutan yang baik. Tetapi masih sangat sulit menulis dan menghafal hafalannya.

Sekarang, Anta sudah Iqra' 4. Dan ibunya baru beberapa hari yang lalu memberi tahu penyakit Anta. Kami syok, separah itu ternyata. Mata saya berkaca-kaca. Malu menangis di hadapan puluhan santriku. Apalagi ketika ibunya berkata, "Dokter memprediksikan umurnya hanya belasan tahun." Saya hanya bisa mengelus dada dalam-dalam sembari mengusap air mata yang tergenang.

Kemarin, Anta sudah mulai menghafal bacaan-bacaan shalat. Hafalan doa-doa hariannya masih beberapa. Dia yang meminta melangkahi hafalannya langsung ke bacaan sholat. "Saya menghafal itu, Kak!" Dia berseru. Dan kami mengiyakan. Daripada tidak mau menghafal, kan? Meski terbata-bata dan lebih banyak dibimbing saat menghafal bacaan doa i'tidal, setidaknya sekarang semangatnya tumbuh beberapa derajat dari sebelumnya.

Dan ini menjadi PR untuk kami, guru-gurunya. Insyaallh berberkah.

Untuk Anta, semoga Allah memberikan pemahaman yang baik dan kesembuhan untukmu, Dek. Aamiin.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar