Senin, 13 Maret 2017

AR RAHMAN DAN KALIAN

Pada 2011 lalu, dunia maya sempat dihebohkan dengan mahar surah Ar-Rahman sebagai mahar seorang pemuda, Dodi Hidayatullah kepada kekasihnya, Aulia Rahmi Fadhilah. Bahkan video mereka telah menjadi inspirasi buat banyak pasangan yang ingin melangsungkan akad pernikahan. Sehingga hingga hari ini, tidak sedikit perempuan muslimah yang mengajukan kepada lelakinya untuk dimaharkan dengan surah Ar-Rahman.

Dari Sahal bin Sa'ad bahwa nabi SAW didatangi seorang wanita yang berkata, "Ya Rasulullah kuserahkan diriku untukmu", Wanita itu berdiri lama lalu berdirilah seorang laki-laki yang berkata, "Ya,  Rasulullah kawinkan dengan aku saja jika kamu tidak ingin menikahinya." Rasulullah berkata, "Punyakah kamu sesuatu untuk dijadikan mahar? dia berkata, "Tidak kecuali hanya sarungku ini." Nabi menjawab, "bila kau berikan sarungmu itu maka kau tidak akan punya sarung lagi, carilah sesuatu." Dia berkata, "aku tidak mendapatkan sesuatupun". Rasulullah berkata, " Carilah walau cincin dari besi". Dia mencarinya lagi dan tidak juga mendapatkan apa-apa. Lalu Nabi berkata lagi, "Apakah kamu menghafal Quran?". Dia menjawab, "Ya surat ini dan itu" sambil menyebutkan surat yang dihafalnya. Berkatalah Nabi, "Aku telah menikahkan kalian berdua dengan mahar hafalan Quranmu." (HR Bukhari Muslim)
Inilah yang kemudian menjadi dasar, landasan seorang muslim saat menjadikan Quran, khususnya Ar-rahman sebagai mahar namun tanpa mengesampingkan Firman Allah yang lain.

Surah Ar-Rahman seperti diketahui bahwa Allah menjadikannya istimewa dengan penjabaran akan nikmatNya yang sangat banyak. "Fabiayyi alaa  irobbikumaa tukadzdzibaan" ialah kalimat yang sangat indah dan berulang-ulang difirmankan Allah. Sebagai pengingat, sebagai perenungan, bahwa mengapa dengan segala yang Dia berikan, kita sedikit sekali bersyukur. Juga sebagai penegasan bahwa segala yang Allah berikan tidak satupun memiliki catat. Semua manfaat. Maka nikmat TuhanMu yang mana yang kau dustakan? Yang mana? :)

Namun penting dipahami bahwa ketika dua insan menjalin pernikahan, maka sempurnalah separuh agamanya. Maka dengan mahar surah Ar-Rahman, bukan bersebab ingin menunjukkan kepada orang-orang menyoal bisa tidaknya mereka mengaji dengan baik, atau hebatnya hafalan. Tetapi lebih kepada bahwa, si lelaki siap menjadi seorang pemimpin yang mengajarkan Alquran berikut dengan segala ilmu-ilmu yang terkandung di dalamnya. Bukankah itulah sejatinya tujuan pernikahan? Sama-sama beriringan menuju ridho Allah, menuju syurgaNya untuk kelak dibangunkan istana di Syurga, lalu menetap dengan nikmat yang tak terbilang, berdua di dunia, berdua di akhirat? Masyaallah. Akan luar biasa sekali nikmat jenis ini.

Maka hari ini, sahabat kami, saudara kami, teman seperjuangan kami di Relawan Nusantara (RZ) Kak Kaharuddin Hatta dan Kak Unas, telah mengikrar sumpah, mengujar janji untuk saling merangkul tangan menujuNya. Dengan surah Ar-Rahman sebagai mahar terbaik. Saya begitu terkesima dengan segala doa dan harap yang mereka simpan dalam diam. Yang ditaruh rapat-rapat di dalam dada. Di ikhtiar dan ditawakkalkan hanya kepada Allah semata. Benarlah bahwa jatuh cinta terbaik adalah dengan saling mendoakan. Jika tidak bersama dengan dia yang sering kau sebut dalam doamu, kau akan bersama dengan dia yang sering menyebutmu dalam doanya. Sederhana dan menyenangkan sekali mengetahuinya, bukan? (Dilarang senyum,  wkwk)

Saya malah berpikir, mengapa baru sekarang setelah 4 tahun sama-sama berjuang? Tetapi kemudian, saya diingatkan makar Allah lebih kuasa daripada manusia.

Mereka salah contoh dekat bahwa kesederhanaan pernikahan lebih berkah bersebab iman dan agama. Kenapa saya bilang begitu, sebab setelah sah menjadi seorang kepala rumah tangga, Kak Kahar berujar dengan hati yang tentu sedang gemuruh bahagia,  "Saya masih belum percaya kalau hari ini saya sudah menikah." Maka tumpahlah gelak tawa teman-teman yang hadir. Sebab mendengarnya, mengindikasikan dan membuktikan bahwa hari ini adalah hari yang sejak lama ditunggu. (Semoga saya benar, Kaks. Hoho)

Saya yang memantau pernikahan mereka lewat kehebohan teman-teman di WA yang setiap moment pasti diabadikan di chat grup, merasa sedih sekali tidak menyempatkan hadir karena kesehatan tidak membaik.

Maafkan saya. Tapi doa saya sungguh melangit dan mengangkasa, kakak-kakak yang bahagia.

Selamat. Selamat. Dan sekali lagi selamat.
“Barakallahu laka wa baraka ‘alaik, wa jama’a bainakuma fi khair”

Maret 2017
-Inayah Natsir-

Tidak ada komentar:

Posting Komentar