Rabu, 08 Maret 2017

NADIN

Namanya Nadin. Dia adalah anak dari bujang atau tukang bersih-bersih sekolah tempat saya mengajar. Seharusnya dia sudah masuk TK, tapi karena belum ingin ditinggal Ibunya lama-lama, dia memilih menemani Ibunya untuk setiap hari datang ke sekolah.

Saya suka sekali kalau ada anak yang di usia lucu-lucunya sangat suka dengan belajar dan bertanya tentang hal apapun. Nadin yang masih berusia lima tahun lebih ini juga suka sekali belajar.

"Ibu Naya, nacarikki Nadin." Tante Tia- begitulah saya menyebutnya- menghampiri saya yang sedang memeriksa "pekerjaan" murid.

"Kenapai Tante?"

"Buku yang mau kita kasikki bede, nacarikki."

"Yang mana?"

"Yang minggu lalu kita ajari di sini." Sambil menunjuk lantai, Tante Tia memperjelas maksudnya.

"O yang itu." Saya lalu berdiri dan membuka lemari yang berisi buku-buku cetak. "Inimi toh yang banyak gambarnya?"

"Iye. Itumi, Bu." Nadin sedang berdiri memeluk tiang pintu ruang guru dan dengan senyum-senyum menyaksikan kami berbicara.

"Sini!" Dia datang dengan malu-malu dan saya memberinya buku itu. "Dibawa pulang dan dipelajari, nah."

"Iye, Bu."

Tapi hari itu, seperti biasa, saat saya tidak pulang cepat seusai mengajar, saya mengajarinya tentang warna, nama hewan yang tampak di buku, dan sesekali menggodanya untuk bisa menyebut huruf "R". Dan senyum anak ini tetiba menjadi manja sekali.

(03/08/16)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar