Senin, 13 Maret 2017

BAHAGIALAH

Hari ini ada yang membuat saya haru setengah hidup. Jika setelah membacanya kamu malah cengengesan atau diam, atau hatimu tiba-tiba batu, saya sarankan untuk segera ke dokter untuk mendapatkan perawatan terbaik. Hehe, saya bercanda.

"Hal terindah dari seorang guru adalah bukan saat tersenyum bahagia. Tetapi saat butiran air matamu terjatuh ketika melihat sukses yang diraih anak didikmu.

Bukan pula karena penampilanmu. Bukan. Apalagi kecantikanmu yang memesona banyak mata. Tetapi karena tulus ikhlasmu memberi pelayanan yang tiada henti kepada anak didikmu.

Maka kalian adalah pelita yang dinanti, permata yang dirindu dan embun penyejuk lara."

Demikian kalimat indah Lala Adhiatama. Beliau adalah seorang guru, inspirator, orang hebat, master Matematika, dan masih banyak lagi prestasinya di dunia pendidikan. Selama dua hari, guru SD kelas 3 dan 4 se-kecamatan Tamalate yang terdiri dari 40 sekolah, diundang dalam pelatihan Menjadi Guru Profesional khususnya pada Mata Pelajaran Matematika. Jangan tanyakan kenapa saya bisa berada di antara mereka yang jelas-jelas adalah lulusan PAI. Saya tidak memiliki jawaban. Dan tidak akan menjawab.

Pak Lala, begitu kami menyebutnya adalah penemu metode belajar matematika dengan cara yang gampang yang menyenangkan. Hasilnya, saya yang 'buntu' di kehidupan itu merasa tertantang dan jatuh cintalah saya sedikit pada (matematika) nya. Hasil pikirnya itu telah tersebar di berbagai kota dan daerah di Indonesia. Beliaau berkeliling membagi ilmu dengan rekahan senyum yang tidak dibuat-buat. "Masuklah ke dalam kelas dengan antusias dan tersenyum lebar kepada anak didikmu." Demikianlah pesan dan contoh yang beliau berikan. Saya dan puluham guru tetiba menjadi murid SD lagi.

Pak Lala adalah utusan dari PT. Penerbit Duta yang menerbitkan buku-buku paket pelajaran Sekolah dari SD hingga SMA, LKS, dan lain sebagainya. Dan rupanya penerbit itu dekat sekali dengan rumah saya. Hanya butuh waktu 5 menit untuk sampai ke sana. Dan sayapun tahu itu setelah pimpinan PT. Penerbit Duta menyampaikan lokasi kantor yang bertindak sebagai penyelenggara.

Etapi selanjutnya saya tidak sedang akan membahas sejarah berdirinya perusahaan tersebut.

Anak didik, terutama anak SD adalah pondasi. Rumah pertama bagi ilmu pengetahuan bisa menetap dengan baik. Rumah pertama bagi sikap baik bisa hidup dengan bijak. Rumah pertama bagi harapan untuk bisa tumbuh dengan subur.

Dari sana, pendidik bisa memanen hasil jika bibit dan pupuk yang dipakai berkualitas baik. Pendidik bisa mendapatkan kepuasan batin saat mereka tumbuh dengan gagah dan kita dapati bahwa pernah ada kita di kehidupan mereka dahulu. Yang mendidik, yang mengajari baca tulis hitung, yang memotivasi untuk tidak malu tampil di depan kelas, untuk berani bertanya hal apa saja, dan untuk berani menjawab walau kadang tidak benar, yang penting menanamkan rasa berani dan percaya diri.

"Jika sejak kecil rasa percaya diri kalian tidak dimunculkan, sampai besar kalian tidak akan memilikinya. Mau memelihara hal yang kurang baik?" Itu adalah pertanyaan yang sering saya sampaikan saat ada satu dua anak didik yang rasa percaya dirinya kendur dan layu. Mereka lalu diam. Dan salah satu di antara mereka akan mengunjuk jari dan ikutlah yang lain melakukannya.

Sebagai pendidik, saya tentu merasa senang melihat semangat mereka begitu membara. Jika air bisa memadamkan api, dalam mendidik, api (semangat) harus berjumpa dengan api (semangat). Maka riuhlah kelas dengan keriuhan yang baik.

Awalnya, memang selalu ditemukan hal-hal yang sulit. Tetapi saat mengajar guru seharusnya juga sedang belajar. Mempelajari watak, karakter, atau sifat peserta didik. Peserta didik masuk kategori pembelajar visual-kah, auditori-kah, atau kinestetik. Dari sana, atas izin Tuhan, guru akan dengan mudah memahami, belajar, dan mendidik dengan bijak.

Nah, dalam kegiatan pelatihan yang digelar di Hotel Prima diangka 3 dan 4 di bulan Oktober ini, saya banyak sekali membawa pulang oleh-oleh. Mau?

-Makassar, 04/09-
Inay

Tidak ada komentar:

Posting Komentar