Senin, 13 Maret 2017

TABAYYUN

Kemarin, di siang yang basah, saya menyempatkan berjumpa dengan salah seorang junior di kampus.  Selain karena ingin membicang soal kegiatan launcing bukunya, saya juga berbincang soal isi kepala yang sejak lama ingin dikeluarkan. Bertahun-tahun malah. Yaitu sejak beberapa bulan mengenal dunia kampus di semester-semester awal. Konon, isi kepala saya itu sudah nyaris terkubur dalam-dalam dan nyaris mati dan akhirnya kembali muncul akhir-akhir ini sebab media-media hoaxssssss berjamur dimana-mana, kemana-mana. Banyakan dari mereka gemarrr sekali berbicara laiknya tong kosong yang bunyinya nyaring. Atau semacam bermuka dua dan semacam mau mencari muka. Mau nambah muka lagi.

Organisasi atau yang junior saya itu menyebutnya kalau sebenarnya yang dia geluti adalah sebuah partai yang sejatinya menolak sistem pemerintahan yang jauh dari Quran dan sunnah. Dia memaparkan dengan baik dan logis menyoal alasan, sebab, bahkan tujuannya, maka akhirnya saya mengangguk paham. Sebab sebelumnya memang salah paham karena saya hanya berilmu lewat mulut orang-orang saat masih kuliah dulu. Dan semakin ke sini, saya penasaran dan bertanya, sebenarnya apa alasannya sehingga banyak orang yang membenci organisasi/partainya itu. Benar saja, setelah bertabayyun, setelah berpikir keras untuk mencari tahu, saya akhirnya paham bahwa ilmu itu tidak serta merta harus diterima, bahwa omongan kosong orang-orang itu bisa menjadi pedang yang luar biasa mematikan pikiran untuk tidak berada di jalan yang benar. Ilmu harus diterima dari orang yang bergelut di bidangnya, orang yang benar-benar hidup di dalam sana, orang yang betul-betul sejak lama mengadbi di dalam prosesnya.

Demikian.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar